|
Gunung Rinjani dan Hamparan Savana. (Foto: AWS) |
R U
Travelers? Lama hasrat ingin mendaki kembali Gunung Rinjani di Pulau Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Terakhir mendaki
gunung ini tahun 1997. Sudah cukup lama juga. Waktu itu perjalanan ke Lombok ditempuh
dengan berbagai moda transportasi, kecuali pesawat terbang karena tidak mampu
beli tiket. Satu kesamaan, semua jenis tiket kelas ekonomi. Kalau ada lebih
bawah lagi, kita pilih yang super hemat.
Maklum
bisa berangkat mendaki Gunung Tambora, Gunung Rinjani dan Gunung Semeru setelah kerja jadi tukang
sablon baju untuk memenuhi orderan baju kaos mahasiswa baru. Dari Palembang,
kita naik kereta ekonomi ke Bandar Lampung dari jam 9 pagi s.d 7 malam. Lalu
naik bis ekonomi dari Terminal Bis Rajabasa ke Pelabuhan Penyeberangan Bakahueni. Dari
Bakahueni ke Merak dan disambung naik bis ekonomi ke Senin untuk naik kereta ke
Surabaya. Dari sana sambung menyambung sampailah ke Mataram.
|
Papan Informasi, Pos Sembalun. (Foto: AWS) |
Melelahkan
tapi penuh dengan pengalaman hidup. Ada satu momen di Kereta Ekonomi dari
Jakarta ke Surabaya, di satu titik orang melempari kereta dengan batu dan
mengenai penumpang. Waktu itu masih banyak kejadian lempar batu ke kereta tapi
kejadian serupa sudah jarang terjadi. Entah karena lebih beradab atau kemarahan
dialihkan ketempat lain. Betuk nggak Om Robert!
Setiap
tempat pemberhentian kita menginap di sekretariat pencinta alam bukan di hotel
atau di penginapan. Persaudaraan terjalin dan berbagi cerita terjalin. Dan
dibalik itu sistem saling bantu terbangun. Kali ini kawan-kawan pencinta alam
di Universitas Mataram yang bantu, ketika mereka mendaki Gunung Dempo maka
giliran kita yang bantu semuanya. Jadi bisa dibilang semacam arisan pecinta alam kalau saya sebut. Tak tahu kalau sekarang.
|
Sistem Porter Sudah dikenal lama di Rinjani,dan paling maju di Indonesia (Foto:AWS) |
Tapi
kali ini beda. Berangkat dengan pesawat, dibandara sudah ditunggu oleh tour guide
dan briefing rencana pendakian. Karena faktor umur dan juga persiapan fisik
yang tidak optimal, sebagian besar peralatan dan perlengkapan pendakian dibawa
oleh porter. Kita jadi fun hiking tapi tetap penuh dengan semangat petualangan. Itu motonya.
Dari
bandara baru Mataram, mobil mengantar kami ke Sembalun, lokasi awal pendakian.
Jalur ini kami pilih sebagai awal pendakian karena saya cerita kepada istri
saya kalau di Sembalun kita bisa melihat hamparan savana. Dan diujung kita bisa
melihat Gunung Rinjani secara utuh. Sungguh indah. Itu janji marketing ke Istri
saya agar semangat mendaki Gunung Rinjani.
Menginap
di Guest House, lumayan untuk istirahat. Makan malam, minum kopi dan berkenalan
dengan porter yang akan menemani perjalanan kami. Ada cerita karena air panas tidak
berjalan, ada sepasang pendaki bule yang ribut sekali waktu mandi malam hari. Dingin
sekali airnya sehingga mereka teriak-teriak. Dingin sih tapi sok cool
saja waktu mandi :).
Perjalanan-pun
dimulai dan untuk menghemat tenaga kami diantar sampai ke pintu rimba yang
makin jauh ke dalam. Kalau dulu kita mulai jalan dari pos taman nasional di
depan. Ada sekelompok pendaki dari luar yang jalan tapi lumayan, 2 jam lebih
kalau jalan.
- Kalau yang ingin berpetualang coba cari duit sendiri dan pake semua moda transportasi yang ekonomi. Dijamin Travelers makin paham kualitas sistem tramsportasi kita untuk lapisan masyarakat bawah. Bagus buat pengalaman.
- Kalau naik pesawat dari Jakarta, ambil penerbangan pagi sehingga tiba siang dan bisa melanjutkan perjalanan ke Desa Sembalun. Di tengah jalan, ada satu tempat makan ayam merah. Cobain enak sekali.
- Bisa
juga menginap di Kantor Seksi TN Rinjani di Sembalun. Ada guest house atau bisa dirikan tenda. Dulu tidak ada. Hanya satu kantor kecil sekarang sudah besar.
- Meskipun tidak ada informasi dan briefing ke pendaki. Susah sekali ini dilakukan
oleh pengelola taman nasional, kalau ditanya seribu jawab dan alasan. Harusnya sudah menjadi tanggungjawab untuk melakukan briefing,
tinggal buat jadwal seperti pagi, siang dan sore. Pasti diikuti oleh Pendaki.
- Tolong
mekanisme penyimpanan sampah dan bagaimana travelers akan buang hajat. Toilet
jarang dan banyak tidak berfungsi jadi siapkan rencana.
Labels: Adventure Lombok, Mendaki Gunung Rinjani, Rinjani, Traveling Gunung Rinjani