The Best Sunset and Sunrise: Pelawangan Sembalun Rinjani Mountain


Dari Pelawangan Sembalun (Foto: AWS)
R U Traveler? Saya terus terang lupa bila jalur Sembalun menuju puncak Gunung Rinjani tidak selalu landai dan berbukit . Namun ada satu jalur panjang sebelum mencapai Pelawangan Sembalun yang disebut dengan bukit penyesalan. Saya lupa cerita ke istri saya soal bukit penyesalan ini. Diberi nama Bukit Penyesalan karena terlalu jauh untuk putar balik dan tidak meneruskan pendakian dan menyesal mengapa mendaki Gunung Rinjani. Aduh ampun-ampunan deh.
Jurus ampuh adalah dengan memberi semangat kalau ujung dari bukit sudah terlihat dan dibaliknya jalan menuju Pelawangan Sembalun. Tapi apa cerita, satu bukit selesai di capai puncaknya, sudah ada bukit lagi yang perlu didaki. Konstan dan membuat mental pendaki bisa turun bahkan runtuh. Jarak istirahat makin pendek dan semakin pendek. Para pendaki makin panjang cerita bila istirahat atau duduk termenung. Berbagai macam tingkah memompa semangat sekaligus istirahat dipertontonkan. 
Pegel, Haus dan Laper (Foto:AWS)













Untung makan siang cukup memadai dan tidur pun cukup bagus jadi tenaga lumayan besar. Namun yang tidak bisa diajak kompromi adalah kaki, makin sulit disuruh melangkah. Otak berulangkali perintah syaraf agar kaki melangkah tapi langkahnya pelan dan berat sekali :). Istri saya pun sudah mulai menjadi pendiam dan indahnya bukit dan pemandangan di sekitar tidak mampu lagi mengobati pegalnya kaki. 

Tak lama, tenda-tenda pendaki mulai terlihat. Rasa lega di dada. Pekerjaan rumah berikutnya adalah mencari base camp untuk mendirikan tenda. Kami lebih duluan tiba dibandingkan dengan porter. Wajar kami membawa beban jauh lebih ringan daripada porter maka kami bisa jalan lebih cepat. Lumayan juga prestasi yang kami ukir, tiba sore dan masih sempat numpang mencicipi kue, makanan dan nasi rendang juga.

Sunrise di Sembalun (Foto: AWS)
Memang urusan tempat mendirikan tenda bukan urusan gampang di Pelawangan Sembalun, jalur paling banyak dipilih oleh para pendaki. Kalau lagi musim libur sekolah, harpitnas dan lebaran banyak sekali pendaki yang naik ke atas. Walhasil susah cari tempat untuk dirikan tenda apalagi cari tempat untuk buang hajat bagi yang tidak membawa toilet portable. 

Sekali lagi gagal paham mengapa pengelola tidak pernah membuat zona-zona untuk camping dan diatur berdasarkan blok. Manajemen sederhana. Pendaki diberikan informasi di pos pendaftaran dan ketika tiba di Sembalun mereka melapor ke petugas yang berada di atas. Perlu tenaga sukerala dan pasti banyak yang mau berpartisipasi.

Satu Biksu Memandang Sunrise dan Puncak Rinjani. (Foto AWS)














Untung sunset dan sunrise di Sembalun memang indah. Dari sana, kita dapat melihat puncak Gunung Rinjani. Kita-pun bisa menikmati sunset dan menikmati indahnya Danau Segara Anak. Memang indah dan luar biasa ciptaan tuhan dan keindahan alam Indonesia. Ini dapat menjadi aset bila dijaga dan dikelola dengan profesional dan adil. Maksud adil adalah masyarakat perlu mendapatkan manfaat dari usaha wisata alam ini juga. 

Tips: 
Tenda Toliet Duduk Modifikasi dengan View Puncak Rinjani
(Foto: AWS)


Labels: , , ,